Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2022

PERHIASAN HATI

PERHIASAN HATI   Detak jantung belum terhenti Nafas ditubuh masih menjadi harapan Senyuman hati masih terlihat jelas Menunggu apa yang akan diterima   Wangi melati masih melekat Bagai sepucuk kasih yang didambakan Perasaan yang datang tak pernah hilang Bagai mentari pagi yang selalu terbayang   Harapan hidup bukan hanya untuk diriku Tidak terfikir untuk menjalani sendiri Selimut yang dulunya menghangatkan kini jadi tangisan Peneman yang diimpikan  tak kunjung datang   Harapan dari perhiasan hati Disaat dirimu tiba tolong hiasi warna dihidup ini Aku tak tau jika bukan dirimu akankah ada lagi Aku yang sedmikian mengharap keikhlasan   Jika tiba waktu aku dan dirimu untuk bersama Jiwa muram akan menjadi senang Seperti melati yang kini bermekaran Dan akan tersenyum melihat perhiasan hati   “Tidak ada alasan untuk membenci diri sendiri”      

Pikiranku Padamu

Pikiranku Padamu Dulu kata itu bersemayam dipikiranku Kata indah yang terlontar pada senyuman Untuk memudarkan pikiran buruk hati ini Santun hatiku menjawab saat itu Pagiku dan pagimu masu itu Dirangkul senja dan malam pada ujung hari Rintik embun pagi tak terlihat tapi membekas Kenangan syahduku dan kamu yang terpadu Aku disini untukmu yang disana Kata rindu yang tersekap dalam hati Tanpa suara setitik tanya pada raga Inginku berjumpa dimalam purnama Tapi tak tahu masa mematikan rasa Hampu menyeru dan memaksa pada raga Pada waktu difase ruang hampa Memikirkan kenangan diriku dan dirimu  "CINTA TERKENANG ABADI DIDALAM HATI"

INDONESIA

INDONESIA Merah putih lambang benderaku Tanah air Indonesia ku Rumah dan tempat tinggal ku Hingga diri ini tak lagi berdiri Aku masih merasakan aura itu Aura proklamasi yang tidak pernah mati Rasa seruan kemerdekaan Indonesia Yang sampai saat ini Kemerdekaan Indonesia Rasa bangga dengan Indonesia Luntur tidak akan pernah rasa cintaku Memanjatkan syukur ku kepada Indonesia Ramah tamah budaya negeriku Sabang Merauke membentang aceh papua Suku beribu suku pulau beribu pulau  Indonesia Bhineka Tunggal Ika Tangis tawa menyertai kesatuan Rasa dan raga menyatu untuk satu tujuan Merdeka ialah hak untuk semua Jaya negeriku jaya Indonesia 

Bulan Kebaikan dan Dosa Tak Terhentikan

Bulan Kebaikan dan Dosa Tak Terhentikan Lisan ku berkata tak ingin cepat berlalu Hatiku berkata syawal lebih menggoda Namun kita tau ramadhan bulan mulia Dimana dosa yang tercipta bisa terhapus semua Niat serta sahur telah terlaksana Lakukan ibadah tak henti hentinya Hingga Maghrib untuk berbuka dan tarawih akan dilakukan bersama Al Baqarah ayat 183 pun telah tertera Ibadah lah untuk diri ini menjadi lebih bertaqwa Diriku yang tidak sempurna mengharapkan ampunan darinya Sembari dosa pun tak henti tercipta Diri ini sangat malu kepadanya Namun diri ini tau dia maha pemaaf lagi maha mencinta Hati ini tidak seputih awan dan tak seterang bulan Ketaatan ini tidak semulus langit berbintang Serta dosa ini tak henti bak air ditengah lautan Tapi keinginan untuk dimaafkan tidak lepas dari ucapan Ramadhan ini tiba hanya 1 bulan sahaja Jika diri ini beribadah untuk ramadhan Sungguh ia akan usai Namun jika karena allah semuanya akan sama meski ramadhan telah berlalu Dosa ku tercipta karena diri ini

BALURAN DARAH

BALURAN DARAH   Kelam masa lalu telah berganti Waktu itu pun telah usai berlalu Tak lagi tangis melihat baluran darah Dan berganti baluran ketidakadilan   Genjatan bersenjata juga menjadi ancaman Kasus tak terelakan menjadi ketidakpuasan Tak dikira siapa korban Tapi memikirkan siapa pemenang dalam kecurangan   Sabang kini menjadi awal dari renungan Marauke menjadi puncak semua ini Jakarta menjadi penengah Namun tidak dalam kaum orang bawah   Letak keadilan dalam jumlah uang Jadikan darah bening di mata tertetes ketanah Keserakahan tak terlawan Kecurangan menjadi titik tertinggi kemenangan   Putus harapan menyertai banyak keluarga Kalangan bawah menghadapi kelaparan Penguasa merasakan makanan pembuka Tidak tersisa dalam jenis apapun   Tolong... tolong selalu menjadi kata pertama Tidak dalam perubahan terhadap siksa dari ini semua Darah masa lalu hanya dianggap lalu Taburan bunga hanya sebagai kunjungan tahunan atau bahkan haria

SEMESTA BICARA

SEMESTA BICARA   Semesta dengan alur masanya Jangkauan langit diseluruh alam Saat tak terasa dia selalu ada Bagai fajar yg sering terlewatkan   Rasa terbentur takdir tak berkata Jiwa bersembunyi dalam ketakutan Rangkulan semesta tetap menguatkan Cinta tanpa batas terus membara   Rumah kosong telah banyak ku singgahi Taman cinta dunia masih juga terkunjungi Relung hati terdalam masih menjadi bagian Ego diri terus membelengu   Logika masih tersyarat dalam judul cerita Jauh tak bisa menjadikan alasan untuk melanjutkan Kembali ketuhan bukan jalan Tuhan menyiapkan takdir sebagaimana matahari di penghujung hari   Alur kisah yang telah dilalui Rute dari jalan menuju kebahagian Ketika lelah berhenti untuk memberi waktu Goresan hati sudah menjadi kodratnya   Hati mampu menerima apa yang tertulis Namun pikiran masih terus bertanya Tak ada alasan untuk menunduk  Tinggikan seperti langit di siang hari   Semesta pun berbicara pada samu

TITIK XIV

TITIK XIV Matahari fajar telah terbit Kendati hati terus menggumam Senja tiba dengan keindahan Tapi tidak menghilangkan balut kesedihan   Bulan yang kini menghiasi Hiasan bintang mengindahkan langit Diriku terpojok tanpa bertanya Rasa menghilang meninggalkan raga   Tak terasa kini langit telah berubah Dari bertabur bintang yang indah Sekarang tiba mendung yang ingin mencurah Seperti halnya kemarin yang begitu indah   Aku dan semuanya masih teringat Seakan pikiran tidak berbeda Tanda hatiku  ingin mengulang Mengulang apa yang telah terlewatkan   Jiwa yang telah merindukan Raga yang telah melihat semua Serta air mata jatuh bercucuran Dan kenangan pun menjadi nyata   Kini waktu tak lagi sama Hingga detik ini terus berlanjut Meninggalkan apa yang tidak bisa di tinggal Dan merasakan hal yang tak terlupakan     “titik berpisah adalah titik terbaik untuk hal yang tak terlupakan”